Sabtu, 18 Desember 2021

Implementasi Teaching Factory dalam Meningkatkan Kompetensi Kompetisi Kerja

 

 Teaching Factory

Teaching Factory Lamancusa, Zayas, Soyster, Morel, dan Jorgensen (2008: 7) menyatakan bahwa konsep teaching factory ditemukan karena tiga faktor yaitu:

  1. Pembelajaran yang biasa saja tidak cukup;
  2. Keuntungan peserta didik diperoleh dari pengalaman praktik secara langsung; dan
  3. Pengalaman, pembelajaran berbasis team yang melibatkan siswa, staf pengajar dan partisipasi industri memperkaya proses pendidikan dan memberikan manfaat yang nyata bagi semua pihak.


Adapun beberapa indikator pelaksanaan teaching factory di SMK adalah sebagai berikut:

1. Kegiatan pembelajaran, meliputi:

  1. proses pembelajaran keahlian atau keterampilan yang dirancang dan dilaksanakan berdasarkan prosedur dan standar bekerja yang sesungguhnya (real job);
  2. setting pembelajaran dibuat semirip mungkin dengan situasi kerja nyata, yaitu melalui unit produksi, bisnis center, atau unit usaha lain;
  3. berorientasi problem solving;
  4. berpusat pada peserta didik (student active learning), belajar mandiri (individual learning) dan bekerjasama;
  5. belajar dengan melakukan (learning by doing);
  6. menekankan pada ketercapaian kompetensi atau hasil belajar (learning outcomes) siswa secara individual dan klasikal sesuai standar kerja tertentu;
  7.  mengembangkan soft skill pada siswa, yang meliputi kecerdasan intelektual, emosional, spiritual, dan sosial; mampu menanggapi penyimpangan dan kerusakan; bertanggung jawab dalam lingkungan pekerjaannya; mampu berkomunikasi dengan baik; kemampuan membangun komitmen; dan kreatifitas;
  8. melatih siswa untuk belajar terus menerus sehingga mudah beradaptasi dengan pengetahuan baru;
  9. Melaksanakan sosialisasi kepada tenaga pendidik dan kependidikan, siswa, orang tua siswa dan mitra SMK tentang pendekatan dan strategi (pola) pembelajaran teaching factory;
  10.  melaksanakan pengembangan pola pembelajaran berbasis bisnis yang berkelanjutan;
  11. Mengorganisasikan dan menyiapkan siswa yang terlibat;
  12. memberikan pembimbingan dan konsultasi kepada siswa dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran teaching factory;
  13. m)    melaksanakan evaluasi dan perbaikan hasil pembelajaran teaching factory secara bertahap dan terus menerus;

2. Proses produksi, yang terdiri dari

     a) perencanaan yang meliputi:

  1. Membuat program kerja pelaksanaan pengadaan barang yang berisi jadwal dan urutan pekerjaan;
  2. pembuatan rencana kebutuhan barang/bahan dan peralatan penunjang dengan memperhatikan standar kualitas yang berlaku;
  3. rencana survei harga barang/bahan;
  4. menyediakan barang/bahan yang diperlukan bagi pelaksanaan teaching factory;
  5. pemeriksaan bahan atau komponen yang akan dirakit/ pengecekan barang yang akan dijual;  pembuatan rekapitulasi bahan baku yang dibeli dari toko/pemasok;

    b) produksi, meliputi:

  1. adanya desain produk sampai produk selesai (menghasilkan produk);
  2. menyediakan pelayanan jasa;
  3. menyediakan barang kebutuhan konsumen;
  4. quality control;

     c) Penjualan/pemasaran, meliputi:

  1. Melakukan riset pasar;
  2. menentukan strategi pemasaran yang sesuai;
  3. membuat dan mengembangkan jaringan pasar dan distribusi;
  4. melakukan promosi dan pencitraan produk/jasa;
  5. Mengadakan hubungan/kontrak dengan relasi;

Evaluasi

Evaluasi Dalam suatu proses pembelajaran komponen yang turut menentukan keberhasilan suatu proses adalah evaluasi. Melalui evaluasi akan diketahui sejauh mana pelaksanaan pembelajaran, tujuan pendidikan, dan suatu program pendidikan dapat dicapai sesuai dengan tujuan yang diinginkan.

Kaufman dan Thomas dalam Suharsimi Arikunto (2009: 40-41) membedakan model evaluasi menjadi delapan, yaitu: 

  1. Goal Oriented Evaluation Model, dikembangkan oleh Tyler; 
  2. Goal Free Evaluation Model, dikembangkan oleh Scriven; 
  3. Formatif Summatif Evaluation Model, dikembangkan oleh Michael Scriven; 
  4. Countenance Evaluation Model, dikembangkan oleh Stake; 
  5. Responsive Evaluation Model, dikembangkan oleh Stake; 
  6. CSE-UCLA Evaluation Model, menekankan pada “kapan” evaluasi dilakukan; 
  7. CIPP Evaluation Model, dikembangkan oleh Stufflebeam; dan 
  8. Discrepancy Model, dikembangkan oleh Provus. 
Model evaluasi yang tepat untuk program pemrosesan yaitu model goal oriented evaluation, model goal free evaluaion, model formative-sumative evaluation, deskripsi pertimbangan, model evaluasi CSE-UCLA, model evaluasi CIPP, model evaluasi kesenjangan (Suharsimi Arikunto, 2009: 52-55). Dari berbagai macam model evaluasi seperti yang telah disebutkan di atas, salah satu model evaluasi yang tepat untuk program pemrosesan adalah model evaluasi formatifsumatif oleh Michael Scriven. Evaluasi formatif dilakukan selama program berlangsung, sedangkan evaluasi sumatif dilakukan sesudah program berakhir atau pada pada akhir penghujung program (Suharsimi Arikunto, 2009: 53-54). Pada evaluasi pelaksanaan teaching factory SMK Negeri 1 Taliwang digunakan tipe evaluasi formatif oleh Scriven. Alasan pemilihan model evaluasi formatif karena program pembelajaran teaching factory SMK Negeri 1 Taliwang masih berlangsung dan belum berakhir. Selain itu pemilihan evaluasi formatif penting untuk dilakukan karena berdasarkan tujuan dan kegunaannya penelitian ini bertujuan untuk: 1) mengetahui bagaimana proses pelaksanaan teaching factory SMK Negeri 1 Taliwang; 2) mengetahui apa saja hambatan-hambatan yang terdapat dalam pelaksanaan teaching factory SMK Negeri 1 Taliwang; 3) mengetahui apa saja hal-hal yang harus diperbaiki dan ditingkatkan dalam proses pelaksanaan teaching factory SMK Negeri 1 Taliwang.

METODE

Jenis penelitian dikategorikan sebagai penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan evaluasi. Pendekatan evaluasi yang digunakan adalah model evaluasi formatifsumatif oleh Scriven yang menekankan pada evaluasi formatif, yaitu evaluasi yang dilaksanakan selama program pelaksanaan teaching factory SMK Negeri 1 Taliwang tersebut berlangsung. Melalui evaluasi formatif tersebut dapat diketahui bagaimana pelaksanaan teaching factory, apa saja hambatan-hambatan yang muncul dalam pelaksanaan kegiatan, dan mengetahui hal-hal apa saja yang harus diperbaiki dan ditingkatkan dalam pelaksanaan teaching factory. Teknik Pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode angket dengan menggunakan model skala Likert sebagai data primer dan pertanyaan terbuka sebagai data pendukung. Isi instrumen (angket) yang telah dibuat kemudian divalidasi oleh judgment expert. Setelah divalidasi kemudian dilakukan uji coba terhadap angket tersebut. Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis deskriptif kuantitatif, yaitu dengan mendiskripsikan dan memaknai data dari variabel yang dievaluasi. Data yang diperoleh dari hasil penelitian dikumpulkan dan dianalisis berdasarkan ukuran tedensi sentral dan ukuran penyebaran data. Selain itu data dianalisis dengan menggunakan statistik deskriptif melalui bantuan program komputer statistic SPSS 17 for window untuk mendapatkan harga mean (Me), median (Md), skor maksimum, skor minimum, dan simpangan baku (SD). Data yang telah diolah tersebut kemudian dianalisis dan dideskripsikan dengan tujuan untuk memperoleh jawaban tentang halhal yang ingin diungkapkan sesuai dengan tujuan penelitian. Instrumen/angket dalam penelitian ini menggunakan model skala Likert yang menggunakan empat alternatif jawaban, sehingga skor maksimum ideal diperoleh apabila semua butir pada komponen tersebut mendapat skor 4 atau skor maksimum pada alternatif jawaban dan skor minimum ideal diperoleh apabila semua butir pada komponen tersebut mendapat skor 1 atau skor minimum pada semua alternatif jawaban. Keseluruhan skor yang diperoleh disubstitusikan ke dalam tingkat kecenderungan yang dipakai sebagai kriteria dalam evaluasi.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Proses Pelaksanaan teaching factory SMK Negeri 1 Taliwang Kegiatan Pembelajaran Berdasarkan hasil penelitian, dapat diketahui bahwa kecenderungan guru dalam menilai pelaksanaan teaching factory SMK Negeri 1 Taliwang adalah sebagai berikut, yaitu guru yang menilai bahwa kegiatan pembelajaran berjalan dengan sangat baik berjumlah 14 orang dengan persentase 17,28%, baik berjumlah 32 orang dengan persentase 39,51%, tidak baik berjumlah 21 orang dengan persentase 25,93% sangat tidak baik berjumlah 14 orang dengan persentase 17,28%. Hasil kecenderungan tersebut menunjukkan bahwa pelaksanaan teaching factory SMK Negeri 1 Taliwang dari segi kegiatan pembelajaran telah berjalan dengan baik. Kegiatan pembelajaran dapat terlaksana dengan baik karena proses pembelajaran praktik dilakukan berdasarkan prosedur kerja yang sesungguhnya (real job), baik itu dalam hal produksi barang maupun jasa. Proses belajar mengajar dilakukan dengan beriontasi problem solving, yaitu dengan cara guru melatih siswa dalam menyelesaikan masalah yang muncul dalam proses produksi. Kegiatan pembelajaran yang berlangsung berpusat pada peserta didik (student active learning). Saat ini bukan guru yang menjadi pusat perhatian siswa (teacher centered) melainkan berpusat pada siswa. Guru melatih siswa untuk belajar mandiri (individual learning) dan mampu untuk bekerjasama. Selain itu kegiatan belajar dilakukan dengan cara learning by doing, yaitu siswa tidak hanya dilimpahi dengan pemberian materi secara teori tetapi juga melalui praktik secara langsung. Pembelajaran difokuskan pada ketercapaian kompetensi atau hasil belajar (learning outcomes) siswa. Siswa tidak hanya menguasai materi secara teori melainkan juga dapat menguasai materi secara praktik, karena hal inilah yang nantinya dibutuhkan saat terjun ke dunia kerja sesungguhnya. Dalam dunia kerja, tidak hanya membutuhkan hard skill semata, melainkan juga sangat memerlukan adanya soft skill. Kegiatan pembelajaran pada pelaksaan teaching factory termasuk dalam kategori baik karena pada proses belajar mengajar, guru mengembangkan soft skill pada siswa, yang meliputi kecerdasan intelektual, emosional, spiritual, dan sosial. Siswa diajarkan untuk mampu menanggapi penyimpangan dan kerusakan, bertanggung jawab dalam lingkungan pekerjaannya, mampu berkomunikasi dengan baik, kemampuan membangun komitmen, dan kreativitas. Selain itu siswa dilatih untuk belajar terus menerus sehingga mudah beradaptasi dengan pengetahuan baru dan teknologi yang semakin cepat berkembang. Pelaksanaan teaching factory dapat berjalan dengan baik karena terdapat sosialisasi yang baik tentang adanya pendekatan dan strategi (pola) pembelajaran teaching factory kepada tenaga pendidik dan kependidikan, siswa, orang tua siswa dan mitra SMK sehingga dapat terjalin kerjasama yang baik dan menjadi sepaham dalam mencapai tujuan. Akan tetapi dalam implementasinya masih terdapat hambatan dalam melakukan sosialisasi tersebut. Selain itu sekolah juga melaksanakan pengembangan pola pembelajaran berbasis bisnis yang berkelanjutan dan guru menanamkan jiwa berwirausaha kepada peserta didik. Kegiatan pembelajaran dalam pelaksanaan teaching factory dapat berjalan dengan baik karena guru menerapkan pembelajaran bisnis yang berkelanjutan. Guru menanamkan jiwa berwirausaha pada ke dalam diri siswa. Selain itu guru juga mengorganisasikan dan menyiapkan siswa yang terlibat dalam teaching factory. Walaupun hal ini juga terdapat kelemahan, karena tidak semua siswa mempunyai kesempatan untuk terlibat dalam pelaksanaan teaching factory. Sekolah juga melaksanakan evaluasi dan perbaikan hasil pembelajaran teaching factory secara bertahap dan terus menerus, walaupun dalam hal ini tidak semua dilakukan oleh setiap sekolah. Proses Produksi Berdasarkan hasil penelitian, dapat diketahui bahwa kecenderungan guru dalam menilai pelaksanaan teaching factory SMK Negeri 1 Taliwang adalah sebagai berikut, yaitu guru yang menilai bahwa proses produksi berjalan dengan sangat baik berjumlah 12 orang dengan persentase 14,81%, baik berjumlah 22 orang dengan persentase 27,16%, tidak baik berjumlah 36 orang dengan persentase 44,44%, sangat tidak baik berjumlah 11 orang dengan persentase 13,58%. Hasil kecenderungan tersebut menunjukkan bahwa pelaksanaan teaching factory SMK Negeri 1 Taliwang dari segi kegiatan pembelajaran telah berjalan dengan baik. Pelaksanaan teaching factory dalam hal proses produksi tidak dapat berjalan dengan baik karena indikator yang mempengaruhi keberhasilan proses produksi tidak dapat terlaksana dengan baik. Berdasarkan analisis rerata butir, indikator-indikator yang terlaksana dengan tidak baik pada proses produksi yaitu 1) perencanaan, yang meliputi pembuatan program kerja pelaksanaan pengadaan barang, pembuatan rencana kebutuhan barang/bahan dan peralatan penunjang, perencanaan survei barang/bahan, menyediakan barang/bahan yang diperlukan bagi pelaksanaan teaching factory, pemeriksaan bahan atau komponen yang akan dirakit atau pengecekan barang yang akan dijual, pembuatan rekapitulasi bahan baku yang dibeli dari toko pemasok; 2) produksi, yang meliputi adanya design produk sampai produk selesai, menyediakan pelayanan jasa, menyediakan barang kebutuhan konsumen, quality control; 3) penjualan/pemasaran, meliputi melakukan riset pasar, menentukan strategi pemasaran yang sesuai, membuat dan mengembangkan jaringan pasar dan distribusi, melakukan promosi dan pencintraan produk/jasa, mengadakan hubungan/kontrak dengan relasi; 4) purna jual/perbaikan, meliputi pemberian service jika terjadi kerusakan atau ketidak puasan yang dialami oleh konsumen

Hambatan-hambatan dalam pelaksanaan Teaching Factory SMK Negeri 1 Taliwang Kegiatan Pembelajaran Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa hambatan yang ditemui dalam kegiatan pembelajaran pada pelaksanaan teaching factory adalah pada sosialisasi pembelajaran teaching factory dan pada evaluasi serta perbaikan hasil pembelajaran teaching factory. Proses Produksi Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa hambatan yang ditemui dalam proses produksi pada pelaksanaan teaching factory adalah pada indikator tentang kegiatan penjualan. Hal-hal yang harus diperbaiki dan ditingkatkan dalam pelaksanaan teaching factory SMK Negeri 1 Taliwang Kegiatan Pembelajaran Berdasarkan hasil analisa data, dapat diketahui bahwa hal-hal yang perlu diperbaiki pada pelaksanaan teaching factory dalam kegiatan pembelajaran yaitu terletak pada sosialisasi pembelajaran teaching factory dan evaluasi serta perbaikan hasil pembelajaran teaching factory. Sedangkan hal-hal yang perlu ditingkatkan dalam pelaksanaan teaching factory dari segi kegiatan pembelajaran meliputi hal-hal sebagai berikut, yaitu proses pembelajaran keterampilan lebih disesuaikan lagi dengan standar kerja yang sesungguhnya, setting pembelajaran lebih disesuaikan lagi dengan situasi kerja, pembelajaran lebih diorientasikan pada kegiatan problem solving, pembelajaran lebih diarahkan pada student active learning, pembelajaran lebih ditekankan pada pencapaian kompetensi, pengembangan soft skill lebih ditingkatkan lagi dalam kegiatan pembelajaran, kemauan untuk belajar terusmenerus, pengembangan pola pembelajaran berbasis bisnis, pengorganisasian siswa yang terlibat dalam teaching factory, dan pemberian bimbingan ke siswa pada pelaksanaan kegiatan pembelajaran teaching factory.

KESIMPULAN

Hasil evaluasi pelaksanaan teaching factory SMK Negeri 1 Taliwang menunjukkan bahwa dari segi kegiatan pembelajaran pelaksanaan teaching factory berjalan dengan baik, sedangkan untuk proses produksi berjalan dengan tidak baik. Hambatan-hambatan yang ditemui dan hal-hal yang perlu diperbaiki dalam pelaksanaan teaching factory pada kegiatan pembelajaran adalah dalam sosialisasi pelaksanaan teaching factory dan evaluasi serta perbaikan hasil pembelajaran teaching factory. Sedangkan hambatan dan hal yang perlu diperbaiki dalah proses produksi adalah pada bagian pemasaran. Hal-hal yang perlu ditingkatkan dalam kegiatan pembelajaran adalah proses pmbelajaran keterampilan lebih disesuaikan dengan standar kerja yang sesungguhnya, setting pembelajaran lebih disesuaikan dengan situasi kerja, pembelajaran lebih diorientasikan pada kegiatan problem solving, pembelajaran lebih diarahkan pada student active learning, pembelajaran lebih ditekankan pada pencapaian kompetensi, pengembangan soft skill dalam kegiatan pembelajaran, kemauan untuk belajar terus menerus, pengembangan pola pembelajaran berbasis bisnis, pengorganisasian siswa yang terlibat dalam teaching factory, dan memberikan bimbingan ke siswa pada pelaksanaan kegiatan pembelajaran teaching factory. Pada proses produksi, hal yang harus ditingkatkan adalah kegiatan perencanaan, produksi, purna jual, dan partnership